Meningkatkan Kesehatan dan upaya Penurunan Stunting di Desa Jono, Kecamatan Tawangharjo, Kabupaten Grobogan, DISNAKKAN Kab. Grobogan mengadakan Sosialisasi GEMARIKAN
Cegah stunting dan memastika...
\r\n<p style=\"text-align: justify;\"><br /> Populasi sapi potong lokal di Grobogan saat ini ada sekitar 160.000 ekor, atau terbesar ketiga di Jateng setelah Blora dan Wonogiri. Setiap tahun, Grobogan mampu mensuplai sapi potong keluar daerah sekitar 30.000 ekor dan untuk konsumsi daerah sendiri sekitar 10.000 ekor. Sedangkan jumlah kelahiran sapi setiap tahunnya mencapai sekitar 50.000 ekor. Sebanyak 40.000 ekor diantaranya kelahiran melalui inseminasi buatan (IB) atau kawin suntik, sisanya yang 10.000 ekor dari kelahiran kawin alami. <br /><br /> “Jika dihitung jumlah kelahiran dengan yang disuplai keluar daerah dan dikonsumsi sendiri, setiap tahunnya ada surplus sekitar 10.000 ekor. Surplus sebanyak itu yang kami tawarkan kepada daerah yang membutuhkan sapi potong,” kata Riyanto.<br /><br /> Meski sebagai produsen sapi potong terbesar kedua Jateng, aku Riyanto, daerahnya juga terkena dampak kenaikan harga daging sapi. Di Pasar Induk dan Pasar Fajar Purwodadi, misalnya, harga daging sapi kualitas sedang mencapai Rp 120.000 perkilogram. Sebelum Lebaran, harganya Rp100.000 perkilogram.<br /><br /> “Kenaikan Rp 20.000 perkilogram masih wajar. Pada Lebaran lalu harganya mencapai Rp 125.000-Rp 130.000 perkilogram. Berarti dibanding Lebaran, harganya turun Rp 5.000-Rp 10.000 perkilogram,” terang Riyanto. (KR)</p>