Meningkatkan Kesehatan dan upaya Penurunan Stunting di Desa Jono, Kecamatan Tawangharjo, Kabupaten Grobogan, DISNAKKAN Kab. Grobogan mengadakan Sosialisasi GEMARIKAN
Cegah stunting dan memastika...
\r\n<p style=\"text-align: justify;\">Banyak keuntungan dalam pemeliharaan kambing. Sebab, disamping relatif mudah beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang serba terbatas, hewan ini juga tidak membutuhkan pakan yang khusus. Dan, yang terpenting dalam penanganannya mengikuti tahapan dan metode yang benar. Salah satu di antaranya yaitu saat menentukan masa perkawinannya.<br /> PERKAWINAN PADA KAMBING<br /> Pada umumnya, kambing betina mulai dewasa dan bisa dikawinkan pada umur 6-8 bulan. Namun, berbeda dengan kambing PE perkawinan pada usia tersebut harus dihindari karena alat reproduksinya belum sempurna. Sebaiknya masa perkawinannya ditangguhkan hingga mencapai umur antara 15-18 bulan. Untuk menghindari perkawinan pada muda usia, pemeliharaan kambing betina dipisahkan sejak usia 5 bulan. Di dalam kandang maupun di tempat penggembalaan, kambing betina sebaiknya juga dipisahkan dari kambing jantan. Kandang kambing jantan diupayakan cukup luas sehingga kambing dapat bergerak lebih leluasa, tetap kuat dan aktif.<br /> Kambing jantan juga siap dikawinkan pada umur 6-8 bulan. Pada umur ini, kambing jantan telah mampu mengawini kambing betina dewasa. Khusus untuk kambing PE baru menjadi pejantan yang baik ketika usianya mencapai antara 10-18 bulan. Pakan kambing jantan juga harus diperhatikan, jangan sampai tubuhnya terlalu gemuk. Kambing jantan yang gemuk tidak bisa dijadikan pejantan yang baik karena akan menjadi pemalas dan nafsu kawinnya kurang.<br /> Pola perkawinan dalam produksi kambing dapat dilakukan melalui dua pendekatan yaitu pendekatan perkawinan secara individual atau kelompok. Pada pola perkawinan individual, maka seekor induk dikawinkan satu persatu dengan pejantan terpilih yang telah ditetapkan sebagai pemacek. Pada pola perkawinan individual ini pengamatan perlu dilakukan untuk memastikan induk dalam masa birahi dan saat kawin paling optimal (setelah ovulasi). Tingkat keberhasilan perkawinan pola individu ini sangat ditentukan oleh kemampuan peternak dalam mendeteksi waktu birahi pada induk. Oleh karena itu pengamatan perlu dilakukan pagi dan sore hari. Dalam sehari pejantan dapat melakukan perkawinan hingga 4-5 kali, dengan frekuensinya sebanyak 2-3 hari dalam seminggu. Pejantan yang baik selalu dalam keadaan birahi. Siap menerima rangsangan atau apabila mencium bau kambing betina yang berada tidak jauh darinya maka birahinya akan langsung bangkit. Perkawinan yang baik biasanya ditandai dengan gerakan induk yang menurunkan ekor dan bagian belakang tubuh kearah bawah dengan kuat selama kira-kira 20 detik.<br /> Pada pola perkawinan kelompok pejantan terpilih dicampur dengan beberapa ekor induk dalam kurun waktu tertentu sampai induk mengalami kebuntingan. Pejantan terpilih disarankan dicampur dengan kelompok betina selama dua siklus birahi yaitu selama 42-45 hari dengan alasan bahwa apabila pada siklus birahi pertama ternyata tidak terjadi perkawinan, maka diharapkan pada siklus birahi kedua perkawinan tidak akan terlewatkan. Dengan demikian, kepastian kebuntingan ternak lebih terjamin. Pola ini juga dapat mempersempit rentang waktu melahirkan antara individu induk, sehingga mendekati waktu beranak yang lebih seragam. Setelah memastikan bahwa induk telah bunting (tanda birahi pada induk tidak muncul), maka pejantan dikeluarkan dari kandang induk. Pejantan yang terus bercampur dengan induk dapat mengalami penurunan libido atau agresivitas terhadap betina estrus. Dalam sistem perkawinan baik individual maupun kelompok, rasio 1 pejantan untuk 20-30 induk apabila kondisi pejantan sangat baik.<br /> Dalam pola ini deteksi masa birahi dilakukan oleh pejantan dan biasanya jarang yang terlewatkan. Deteksi birahi oleh peternak dalam pola perkawinan kelompok tetap diperlukan untuk memprediksi waktu melahirkan. Dengan demikian manajemen yang terkait dengan masa kebuntingan dan waktu melahirkan dapat dikelola dan dipersiapkan dengan lebih terencana. Perlu mengetahui induk yang sedang birahi agar dapat menyiapkan pejantan untuk perkawinan pada waktu yang optimal.<br /> Kambing jantan yang digunakan sebagai pejantan harus dirawat dengan baik dan diberi pakan bermutu yang mencukupi jumlahnya. Pejantan hanya dapat memberikan keturunan yang baik sampai umur 8 tahun. Lewat dari usia itu, pejantan dianggap sudah tua, sehingga harus diapkir dan diganti pejantan lain yang usiannya lebih muda. Masa perkawinannya juga harus diperhatikan. Sebaiknya tidak mengawinkan kambing tepat 5 bulan sebelum musim hujan. Hal ini dimaksudkan agar anak tidak dilahirkan pada musim hujan yang sangat lebat. Kalau kambing jantan tidak mau mengawini betina pasangannya, sebaiknya kambing betina yang tidak disukai itu dicarikan pejantan lain untuk mengawininya. Perkawinan antara kambing jantan dan betina bisa diatur sehingga dapat diramalkan saatnya produksi ternak dapat diperoleh.<br /> Berhasil tidaknya perkawinan dapat dilihat dari tingkah laku kambing betina. Apabila betina masih menyimpan birahi biasanya ia akan membiarkan dirinya didekati. Namun, jika setelah perkawinan terjadi perubahan dimana betina menjauhi pejantan yang mendekatinya maka kemungkinan kambing betina tersebut sudah bunting dan segera dipisahkan dari pejantan.</p>