PENYULUHAN PENYAKIT FLU BURUNG /AVIAN INFLUENZA (AI)

PENYULUHAN PENYAKIT FLU BURUNG /AVIAN INFLUENZA (AI)

\r\n<p style=\"text-align: justify;\">Kejadian FB pada manusia pertama kali dilaporkan pada tahun 2005 akibat virus yang sama pada unggas. Evaluasi dari tahun 2003 sampai dengan 2012 terjadi kecenderungan penurunan kejadian FB baik pada unggas maupun manusia. Analisa epidemiologi berdasarkan waktu diketahui peningkatan kejadian FB pada unggas dan manusia terjadi antara Desember sampai dengan April atau dapat juga disimpulkan meningkat di saat musim penghujan (Komnas Zoonosis).</p>\r\n<p style=\"text-align: justify;\">Flu Burung atau Avian Influenza (AI) adalah salah satu penyakit menular yang disebabkan virus Influenza tipe A. Virus ini memiliki sub-tipe yang dibagi berdasarkan permukaannya yaitu Hemaglutinin (HA) dan Neuraminidase (NA), yang terbagi menjadi 16 sub-tipe H dan 9 sub-tipe N. Sifat Virus avian influenza adalah dapat meng-hemaglutinasi sel darah merah unggas. Virus Influenza ini dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 220C dan lebih dari 30 hari pada suhu 00C.</p>\r\n<p style=\"text-align: justify;\">Di dalam tinja unggas dan dalam tubuh unggas yang sakit dapat bertahan lebih lama. Namun, virus ini sensitif terhadap panas pada suhu 560C selama 3 jam atau 600C selama 30 menit, serta suasana asam pada pH 3. Virus influenza H5N1 pada awalnya diperkirakan menyebar melalui burung-burung liar yang secara periodik melakukan migrasi pada setiap perubahan musim.</p>\r\n<p style=\"text-align: justify;\">Sebagai upaya pencegahan dan untuk meminimalkan risiko terjadinya penularan virus AI dari unggas ke manusia, Drh Heru Deni Lisbianto kepala Puskeswan Dinas Peternakan dan Perikanan menyampaikan kepada masyarakat desa Rowosari kec. Gubug apa bila memelihara unggas kesayangan, maka harus dipelihara dalam sangkar atau dalam pagar tertutup. Pakan unggas harus disediakan cukup, kebersihan unggas dijaga dengan baik.</p>\r\n<p style=\"text-align: justify;\">Sewaktu menangani unggas harus menggunakan minimal penutup hidung (masker) dan sesudahnya mencuci tangan dengan sabun. Tidak memelihara unggas produksi (ayam, itik, entok, angsa dll) dengan cara diumbar, terutama di lingkungan padat pemukiman. Masyarakat tidak perlu panik atau kekhawatiran yang berlebihan terhadap ancaman tertular Flu Burung dari unggas dan produk unggas.</p>\r\n<p style=\"text-align: justify;\">Namun harus tetap meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan terhadap kemungkinan risiko tertularnya flu burung. Aman mengkonsumsi daging dan telur unggas, sepanjang telah dimasak dengan matang. Aman memelihara ternak unggas produksi atau unggas kesayangan, agar selalu menggunakan alat pelindung diri, minimal masker sewaktu menangani unggas hidup/sakit/mati dan segera cuci tangan dengan sabun. Segera melapor kepada petugas kesehatan hewan terdekat bila mengetahui ada unggas sakit atau mati mendadak (keswan.ditjennak)</p>\r\n<p style=\"text-align: justify;\"></p>\r\n<p style=\"text-align: justify;\">&nbsp;</p>\r\n<p style=\"text-align: justify;\">&nbsp;</p>

Informasi Lainnya